Rabu, 25 November 2009

Pendirian BHPM

Artikel 2 : Pendirian BHPM

Artikel 2 ini merupakan lanjutan dari artikel 1 (baca dulu artikel 1 ya…)
Yang menjadi topic dalam artikel 2 ini hanya BHPM saja tanpa BHPP dan BHPPD, biar lebih membumi kita gunakan saja istilah sekolah untuk BHPM ya)

Suatu sekolah didirikan umumnya memiliki 5 kondisi awal pada saat pendiriannya yaitu :

pertama : suatu sekolah didirikan setelah berlakunya UU BHP artinya sekolah tersebut didirikan setelah tanggal 16 januari 2009

Kedua : suatu sekolah didirikan sebelum tanggal 16 Januari 2009 oleh Yayasan atau Lembaga atau Perkumpulan dan sekolah tersebut telah memperoleh izin operasional dari instansi yang berwenang untuk mengeluarkan izin operasional, akan tetapi pada tanggal 16 Januari 2009 Yayasan/ Lembaga/ Perkumpulan pendiri itu belum memperoleh status badan hokum

Ketiga : suatu sekolah didirikan sebelum tanggal 16 Januari 2009 oleh Yayasan yang telah berstatus badan hokum dan sekolah tersebut telah memperoleh izin operasional dari instansi yang berwenang untuk mengeluarkan izin operasional, akan tetapi yayasan pendiri sekolah itu tidak memenuhi ketentuan pasal 71 UU yayasan dan karenanya yayasan pendiri itu wajib dilikuidasi dan dibubarkan

Keempat : suatu sekolah didirikan sebelum tanggal 16 Januari 2009 oleh Yayasan yang telah berstatus badan hokum dan sekolah tersebut telah memperoleh izin operasional dari instansi yang berwenang untuk mengeluarkan izin operasional dan yayasan pendiri sekolah itu telah memenuhi ketentuan pasal 71 UU yayasan akan tetapi yayasan pendiri ingin melepaskan sekolah tersebut agar dapat terpisah dari yayasan pendirinya

Kelima : suatu sekolah yang didirikan sebagai akibat penggabungan beberapa sekolah yang telah berdiri sebelumnya.

Bagaimana prosedur pendirian suatu sekolah baru???



Prosedur pendirian sekolah dengan kondisi awal point 1

Sebelum mendirikan suatu sekolah baru maka pendiri wajib membuat Studi kelayakan (bisa pake jasa konsultan kan??!!!)

Apa isi dari studi kelayakan itu???

Minimal isi studi kelayan itu harus memuat :

latar belakang dan tujuan pendidikan

bentuk dan nama sekolah

analisa mengenai kebutuhan masyarakat akan lulusan sekolah itu

analisa mengenai prospek dari minat masyarakat yang akan mengikuti pendidikan di sekolah itu

jenis pendidikan dan bidang ilmu yang akan diselenggarakan serta kurikulum yang akan dipakai

tata kelola yang dapat mewujudkan prinsip nirlaba, otonomi, akuntabilitas, transparansi, layanan prima, akses yang berkeadilan, keberagaman, keberlanjutan dan partisipasi atas tanggung jawab Negara yang paling sedikit meliputi :
-rancangan susunan organisasi
-rancangan sumber daya manusia serta pengembangannya
-rancangan dana untuk pembiayaan selama 5 tahun yang meliputi biaya investasi, biaya operasional, beasiswa dan bantuan biaya pendidikan
-rancangan sistim pengelolaan keuangan

-rancangan sarana dan prasarana serta pengembangannya (maksudnya lahan dan gedung sekolahnya gimana?? sewa atawa punya sendiri??)

-rancangan mengenai daya tampung siswa selama 5 tahun mendatang

-analisa system penjaminan mutu yang akan diterapkan yang paling sedikit meliputi :
-kebijakan penjaminan mutu
-manual sistim penjaminan mutu
-standar dalam sistim penjamnan mutu
-dokumenyang digunakan alasistim penjaminan mutu

Naaaahhh…., kalo studi kelayakannya udah beres maka pendirinya pergi ke notaries dan minta dibuatkan draft akta pendirian sekolahnya, trus…..

Surat permohonan persetujuan atas studi kelayakan dan draft akta pendirian berikut Draft akta pendirian, studi kelayakan, fotokopi KTP para pendiri dan fotokopi NPWP para pendiri ( berkas ini dibuat rangka 3 ya) dikirimkan oleh pendiri untuk mendapat persetujuan terlebih dahulu ke

Kalo sekolahnya DASMEN dikirim ke Menteri Pendidikan nasional melalui Biro hokum dan organisasi

Kalo sekolahnya DIKTI dikirim ke Menteri pendidikan nasional melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Kalo studi kelayakan dan draft pendirian itu telah disetujui, bagaimana lanjutannya??

Pendiri tadi balik lagi ke notarisnya untuk buat akta pendiriannya trus notarisnya mengirimkan berkas ke Menteri Pendidikan nasional melalui jalur yg sesuai dengan sekolah yg akan didirikan

Berkas apa yang wajib dikirimkan oleh notarisnya?

Surat permohonan pengesahan akta pendirian sekolah,
salinan akta pendirian sekolah,
fotokopi sesuai asli studi kelayakan yang telah disetujui oleh menteri,
fotokopi sesuai asli draft akta yang telah disetujui oleh menteri,
fotocopi sesuai asli Surat keterangan domisili sekolah itu,
fotokopi sesuai asli NPWP sekolah,
fotokopi sesuai asli KTP para pendiri dan anggota organ-organ dalam sekolah (kalo pendirinya badan hukum lampirkan fotokopi sesuai asli akta-akta badan hukum pendiri)
fotokopi sesuai asli NPWP para pendiri dan anggota organ-organ dalam sekolah

berkas-berkas diatas wajib dibuat rangkap 3

trus menteri akan memberikan SK Pengesahan atas pendirian sekolah itu, maka sekolah itu memperoleh status badan Hukum sejak tanggal SK Pengesahan itu.

Selesailah tahapan pendirian sebuah sekolah baru (BHPM baru)

Bagaimana prosedur pendirian suatu sekolah baru dengan kondisi awal point 2 s/5 ????

Jawabannya ada di postingan artikel berikutnya


Selanjutnya....

Selasa, 24 November 2009

BHP (Badan Hukum Pendidikan)

This Topic is subject to debate
Tulisan berikut merupakan sekilas pandang dan tafsiran bebas terhadap rangkaian peraturan mengenai BHP
Tulisan mengenai BHP ini terdiri dari beberapa artikel yang akan di posting secara terpisah

Artikel I : Sebuah Pengantar.

BHP adalah badan hukum yang menyelenggarakan pendidikan formal

Apa saja yang masuk dalam kategori pendidikan formal?

Pendidikan formal dimulai dari tingkat SD, Madrasah Ibtidaiyah, SMP, Madrasah Tsanawiyah, SMA, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, Madrasah Aliyah Kejuruan, atau bentuk-bentuk lain yang sederajat (yang masuk kelompok pendidikan dasar dan menengah alias DASMEN) dan Pendidikan Tinggi yang mencakup program diploma, sarjana, magister, spesialis dan doctor, yang bentuknya berupa akademi, politeknik, sekolah tinggi, institute atau universitas (nah… kalo yang ini masuk kelompok Pendidikan Tinggi alias DIKTI)

Kesimpulannya DASMEN dan DIKTI harus dalam bentuk BHP

Gimana nasibnya pendidikan anak usia dini (PAUD)?


PAUD dalam kesehariannya berwujud Taman Kanak-kanak dan Raudatul Athfal

Merujuk pada pasal 17, 18, 19, 20, 26, 27,28, UU SISDIKNAS alias Sistim Pendidikan Nasional, dikaitkan dengan UU BHP, maka tampak jelas bahwa PAUD tidak merupakan dasar untuk melanjutan pendidikan ke level pendidikan dasar artinya untuk masuk SD tidak diiwajibkan lulus TK terlebih dahulu, oleh karena itu TK tidak perlu dalam bentuk BHP, kalo ada yang ingin mendirikan PAUD maka bisa diwadahi oleh yayasan, lembaga ataupun perkumpulan.

Bagaimana bentuk dan siapa yang dapat mendirikan BHP?

Bentuk BHP ada 3 yaitu

1. BHPM (BHP Masyarakat) bisa didirikan oleh orang perseorangan, kelompok orang, yayasan, perkumpulan dan badan hukum lain yang sejenis atau variasi lain dari pendiri dengan menggunakan Akta Notaris

2. BHPP (BHP Pemerintah) didirikan oleh Pemerintah Pusat dengan menggunakan Peraturan Pemerintah

3. BHPPD (BHP Pemerintah Daerah) didirikan oleh Pemda Propinsi atau Pemda Kabupaten/Kota dengan menggunakan Peraturan Gubernur atau Peraturan Bupati/Walikota.

Dalam bahasa keseharian, bentuk BHPM biasanya disebut sekolah swasta sedangkan BHPP dan BHPPD biasanya disebut sekolah negeri

Bagaimana cara mendirikan BHPM dan bagaimana dengan sekolah-sekolah swasta yang telah ada?

Jawabannya ada di postingan artikel berikutnya (penulisnya udah malas mikir nih...)

Selanjutnya....

Selasa, 03 November 2009

embroidery

The History of Embroidery



The desire to ornament and embellish fabric surfaces seems to have been with us a very long time. According to legend, when Menelaus took Helen home from Troy after the Trojan Wars, they stopped in Egypt where the rulers presented Helen with an embroidery basket as a token of their esteem, proof that embroidery was a serious activity even then. Traditionally, women have always been associated with embroidery. Matilda, the wife of William the Conqueror, is reputed to have worked the Bayeux Tapestry in the 11th Century; Mary Queen of Scots in captivity embroidered exquisite pieces and Marie Antoniette in France made lace from the threads she pulled from sacking in her cell while in prison. These Women, and many million more, have experienced the tremendous pleasure, satisfaction and even comfort that embellishing fabric with stitches can give.

Embroidery has to be done with a needle. According to the Roman historian Pliny the Elder in the first century the Phrygians were the first people to use a needle to embroider. Early needles were made from bones, quills or bronze. Steel needles were in use by the 16th Century, introduced by traders from China.

The purpose of embroidery in the past falls into many different categories:

Religious embroidery- The Bible makes numerous references to decorated materials in gold and silver on priestly robes, tabernacle veils and clothing. In Europe, it was patronised by the churches, with many of the patterns and techniques dispersed by returning crusaders and warriors. Religious themes were combined with flowers, fruit, birds and animals for use by the church and in heraldry. This declined after the 14th century and the Black Death, although Henry VIII made an extravagant prestigious spectacle with his army in 1520 at the ‘Field of the Cloth of Gold’. The heraldic garments worn over armour and the trappings for the horses made such an impact that it is recorded to this day by reference to the splendid gold embroidery.

To denote rank and power- By using exstravagant embroidery on clothing with precious metals and jewels. It reached its peak in Europe in the 16th and 17th centuries.

To record events- As in the Bayeux Tapestry, showing the live of King Harold and the conquest of England by the Normans. It is comparable to a graphic account in a present day newspaper. In the 17th century it became customary for young girls to work samplers or ‘examplars’. Which usually give the name and age of the person who worked it as well as the date it was worked. Samplers were supposed to be pieces of work to practice different stitches, but they often included a scriptural text to improve the young girl’s mind. Samplers were also worked by adult women, especially if they were hoping to be taken on by a large household as the seamstress/embroiderer. They needed to show all their different sewing skills as wells as embroidery stitches.

For functional and practical use- To strengthen fabrics use on furniture and for decorating and adding weight to wall hangings and curtains, which helped to keep some heat in the cold stone-walled mansions. This was particularly strong during the reformation in Europe, when embroidery moved from ecclesiastical domain into general use. Great householders always had a professional embroiderer in their retinue of servants.

In recent history, embroidery has had sporadic journey-enthusiasm for domestic needlework increased under Queen Anne (1702-1714), but then waned until ‘Berlin Work’ appeared around the 1800s and became very popular. This system gave us our first ‘kit’! Mr. Philipson of Berlin had the idea of copying ‘Old Masters’ on graph paper. He allocated one stitch to each square and indicated the colour to be used on woven canvas, often using bright colours produced by new chemical dyes.

Along with this revival was on going enthusiasm for ‘fancy art needlework’ or embroidery done with threads on china ribbon depicting fish-scale, feathers, beads and silk gauze, etc

In late 1890s the art and craft movement brought in traditional and modern design worked in the wool, silk, linen or velvet. Design was influenced by William Morris and Lewis T. Day, often based on Elizabethan and Jacobean design, using soft, natural colours based on vegetable dyes.

In 1920s stitches were re-discovery for their own sake. Slowly in 1960s , they gained importance, challenging the printed and woven fabrics that were mass produced. Here in late 1900s, with a shrinking world, we are fortunate to have at our disposal a wealth of fabrics, threads and information from every continent, to give us the greatest choice ever. All we need is to add is our own enthusiasm and willingness to learn from the past and we can discovery and form the future.

From : Introduction to Embroidery by Anna Griffiths

Selanjutnya....